13 Oktober 2011

Mestakung, Semesta Mendukung


Sosok bapak cukup dihormati di lingkungan rumah, begitu juga di keluarga. Juga tentunya, di mata saya sebagai anaknya. Beberapa fragmen kehidupan di keluarga masih terekam di kepala saya mengenai bapak. Dulu bapak maunya makan daging ayam kampung sembelihan sendiri, kalau ayam yang beli di pasar kurang enak katanya, "dan kalau nyembelih sendiri kan udah pasti baca bismillah," kata bapak. Yang berkesan di saya ya itu, kehati2an dari memakan yang haram.

Pernah saya diajak ke kantor bapak di hari Sabtu. Seorang temannya berkata sambil bercanda: "bapak kamu tuh galak, bos aja takut". Pernah juga saya dengar cerita bapak yang ribut dan memukul bosnya dari Jepang, karena menghina teman bapak. "Bapak mukul karena dia ngehina teman bapak. Teman bapak tuh sakit, makanya tiduran di tempat kerja. Si Jepang malah ngomong: 'Anjing aja disuruh jaga ga tidur'. Ya bapak panas dong," demikian kira2 klarifikasi dari bapak. Yang saya tangkap, bapak sama sekali ga takut menyampaikan ketidak setujuannya, meskipun bisa saja bapak dipecat karenanya.

Lain lagi saat kakak saya dapat beasiswa untuk mengambil spesialis kulit. Tanggapan bapak cukup introspektif: "Itu mah nasib, bukan otak".. gubrakkk.. tapi bener juga sih, hehe..
Ya itulah, intinya sih bapak ga pengen anak2 terlalu mekar idungnya hehe..

Sebagai karyawan pabrik, yang pensiun dini karena krismon tahun 1998, kemudian mengisi hari2nya menjaga warung, ditemani istrinya (mamah) yang jualan sayur di depan warung, bapak dan ibu bisa dibilang berhasil. Anak pertama dokter lulusan UI yang sekarang lagi ngambil spesialis kulit kelamin di almamaternya. Anak kedua, lulusan Metalurgi UI yang sekarang kerja bareng temennya di bidang batu bara. Anak ketiga, sudah mandiri sejak SMA. Dapat SMA gratisan di taruna nusantara, trus ngelanjutin di Nation Defance Academy Jepang, mirip2 TarNus tapi setingkat S1. Di sana dia ngambil Kimia, sekaligus dapat pangkat militer. Pulang ke Indonesia tugas di zeni, sekarang dapat beasiswa S2 di Jepang lagi.

Anak ke-4, eng ing eng.. yaitu saya, kuliah di ITB dengan SPP paling mahal di antara anak2 yang lain (1.050.000, satu2nya anak yg spp-nya 7 digit), trus sekarang CPNS di pemda, dan bercita2 jadi wirausahawan sukses.. amiiin. Saat kuliah dengan bangga saya bilang kalau bapak saya punya warung, dan ibu saya tukang sayur. Sesuatu banget deh, buat saya :)

Moral dari cerita ini apa? hehe.. silakan simpulkan sendiri.
saya pribadi sebenarnya sedang butuh penguatan buat diri sendiri.
Saat merasa terasing di lingkungan, (taulah.. kalau kata seorang kasie di tempat saya, jadi PNS itu pasti jadi maling. Kalau ga jadi maling, ya jadi anaknya maling..)
saya meyakinkan diri saya bahwa rezeki itu dari Allah, bukan dari atasan. Biar penghasilan sedikit kalau Allah kasih barokah-Nya, insya Allah keluarga tetap terpelihara. Hati2 dengan harta yang haram, tidak perlu takut menyampaikan kebenaran, dan selalu mengembalikan semua kepada Allah, itulah moral dari cerita di atas.

Jangan sedih, jangan gundah. Tenang saja.. mestakung, semesta mendukung, Insya Allah

Kamis, 13 Oktober 2011 (1 tahun 5 bulan jadi CPNS)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

heheheheehheheheh... ... speclezzzz

Andi on 21/8/13 4:49 PM mengatakan...

Bagus Bu. Sangat inpiratif kisahnya. Semoga kita semua senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT

how to improve concentration

Posting Komentar

 

blognya nia kaniawati Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino